Rabu, 29 Desember 2021

Menjadi Ibu Rumah Tangga

Masa mudaku penuh dengan harapan dan mimpi - mimpi menjadi wanita yang hidup mandiri. 

Menjadi ibu rumah tangga tak pernah terbersit di pemikiranku.

Masa remajaku termasuk gadis yang rajin, kompetitif dan idealis. Tak pernah curang saat ujian sering juara kelas dan aktive ikut organisasi OSIS dan pramuka.

Saat kuliah juga terbaik di jurusanku dan jadi ketua BEM di kampusku. Bersama team Drama berprestasi dikompetisi tingkat nasional

Lulus kuliah langsung di terima kerja di perusahaan besar di kota Solo selama 10 th berkarier. Dari mulai dari jadi anak magang, karyawan kontrak, staff dan terakhir menjadi supervisor.

Setelah menikah dan memiliki anak fisik mulai melemah, tingkat stres berhasil memaksaku beberapa kali sakit dan harus di operasi.

Tak segera memiliki pengasuh tetap juga membuat anak - anak tidak terurus dengan baik akhirnya sering sakit. 

Tidak juga mendapatkan orang yang membantu mengurus rumah membuat tenaga terkuras karena masih harus mengerjakan semua pekerjaan rumah sepulang kantor. 

Kelelahan dan stres  dengan dipicu kesalahan sepele bisa menimbulkan permasalahan besar.

Akhirnya memilih menjaga keluarga kecilku memantapkan diri menjadi ibu rumah tangga.

Setiap perempuan punya cerita mereka masing masing memilih berkarier atau tidak. Saling menghargai dan menghormati pilihan dengan cara tidak merendahkan dan menghina.

Selasa, 28 Desember 2021

Mengolah sampah di rumah

Ayo ikut menjaga bumi kita. Di mulai dengan memilah sampah di rumah kita. Sediakan tempat untuk membuang sampah yang bisa membusuk dan yang tidak membusuk.

Selanjutnya sampah yang bisa membusuk bisa kita satukan dalam wadah sampah yang lebih besar. Yang masih memiliki lahan bisa mengunakan sedikit sisa lahan di pekaranganmu sedangkan yang sudah tidak memiliki lahan bisa mengukan ember besar. Campurkan arang, abu atau tanah untuk menyerap bau busuk yang muncul. Bila sudah banyak terkumpul gunakan sebagai media tanam.

Jika kamu ingin mendapat manfaat lebih lagi jadikanlah pupuk kompos dengan mengunakan wadah pengomposan yang banyak di jual di onlineshop. 

Cara pengomposan sbb:

- Potong sampah kecil kecil

- Masukkan sampah yang sudah di potong kecil - kecil

- Semprotkan cairan bioaktive (EM4) secara merata setiap kali memasukkan sampah

- Diamkan -+ 14 hari

Untuk sampah yang tidak bisa membusuk perlu kesabaran untuk menanganinya, sediakan tempat lebih untuk penyimpanan sementara.

Setiap hari sempatkanlah untuk memilah sampah menjadi kelompok besar seperti, kertas, plastik botol minum, kaca, kaleng, plastik lainnya, plastik kemasan makanan, plastik kresek. 

Kertas, plastik botol minuman, kaca dan kaleng simpanlah untuk beberapa lama jika kamu rasa sudah cukup banyak dan tidak muat lagi di simpan di tempat penyimpanan sementara, jangan ragu untuk menjualnya ke pengepul rosok keliling yang biasanya perkeliling di lingkungan rumah mu.

Yang termasuk sampah plastik lainnya antara lain, kemasan plastik kecil2 peralatan mandi dan cuci, termasuk bembalut dan popok sekali pakai. Ingat selalu bersihkan dahulu pembalut dan popok sekali pakai di lobang toilet hingga benar - benar bersih lalu keringkan di bawah sinar matahari sebelum kamu buang. 

Sampah plastik lainnya semacam itu tadi juga bisa kamu jual kepengepul rosok. Jika kamu malu khusus untuk sampah pembalut dan popok silahkan kamu buang di tempat sampah lingkunganmu atau kamu bisa membakarnya sendiri.

Buanglah segera plastik bekas kemasan makanan ke tempat sampah di lingkunganmu, jika memungkinkan kamu juga bisa membakarnya sendiri. Sedangkan plastik kresek saya anjurkan untuk dirapikan agar bisa kamu pakai kembali.

Di postingan selanjutnya akan saya akan bagikan contoh pemanfaatan sampah.

Jumat, 16 Januari 2015

Menjadi ibu bukanlah pekerjaan.



Sejak saya dirumah (tidak lagi bekerja) saya baru menyadari, bahwa saat ini ketika seorang istri dirumah dianggap hal yang aneh (tidak populer). Ketika anak dititipkan ke pengasuh atau orang tua malah dianggap hal yang biasa dan sudah seharusnya.

Setiap orang yang mendengar jawaban saya ketika bertanya kenapa saya sekarang di rumah, raut wajahnya seperti heran.

Mungkin sudah saatnya menjadi renungan para wanita... "Apakah keutamaan menjadi ibu itu sudah tergeser karena hasrat yang lebih besar dari pada menjaga dan mengasuh anak - anak".

Sebagian dari yang kudengar keinginan mendapat pengasilan lebih banyak, posisi di masyarakat dan penghormatan dari lingkungan menjadi alasan. 

Memang terasa bedanya sikap orang - orang saat saya masih berkarier dan saat menjadi ibu rumah tangga, yang saya rasakan menjadi ibu rumah tangga kurang dihargai dari pada menjadi Ibu yang berkarier.

Kalau masyarakat kita cenderung meremehkan ibu rumah tangga, seperti apa nantinya para wanita dizaman - zaman yang akan datang.

Mungkin akan datang masa ketika wanita tak ingin jadi ibu karena dianggap pekerjaan yang tak lebih baik dari buruh pabrik yang kerja
4 sesi dalam sehari.